Minggu, 17 Juni 2012


INTISARI

MUHAMMAD AKRAF
ANALISIS KUALITAS PELAYANAN  FISIOTERAPI PADA PASIEN  PASKA STROKE  KRONIK DI RUMAH SAKIT UMUM  DAERAH (RSUD)  DAYA MAKASSAR
Tesis,ix hlm,113 hlm
Pembimbing : Prof. DR. Muh. Basri, M.Si
                          Najmi Kamariah,SE, M.Si


Permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Analisis Kualitas Pelayanan Fisioterapi pada Pasien Paska Stroke Kronik di RSUD. Daya Makassar.” Berdasarkan permasalahan tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis  Kualitas Pelayanan Fisioterapi pada Pasien Paska Stroke Kronik di RSUD. Daya Makassar
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah  observasi dan wawancara dengan paradigma penelitian pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus, yang bertujuan mendapatkan informasi tentang kualaitas pelayanan Fisioterapi pada pasien paska stroke kronik. Informan  dalam penelitian ini adalah tiga (3) orang pasien paska stroke kronik sebagai informan utama, tiga (3) orang fisioterapis dan satu (1) orang Kepala Unit Fisioterapi, sehingga jumlah informan secara keseluruhan adalah tujuh (7) orang. Teknik pengumpulan data diperoleh dari data sekunder dan data primer.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari lima (5) dimensi kualitas pelayanan yang diteliti di Unit Fisioterapi RSUD Makassar beberapa sudah dilakukan sehingga dapat memuaskan pasien, namun ada beberapa yang belum dilakukan atau dipenuhi sehingga pasien menjadi belum puas seperti, pemberian informasi pelayanan fisioterapi yang masih dianggap kurang oleh ketiga informan yang berasal dari pasien paska stroke kronik, ruangan yang bocor dan mengeluarkan bau yang dikeluhkan oleh satu informan serta jumlah peralatan yang masih kurang yang juga dikeluhkan oleh satu informan. Semua hal tersebut harus menjadi perhatian fisioterapi, Kepala Unit Fisioterapi dan pihak  rumah sakit guna menjaga kualitas pelayanan fisioterapi di RSUD Daya Makassar.

Kamis, 12 April 2012

DEFINISI FISIOTERAPI

Fisioterapi adalah : bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, electroterapi dan mekanis), pelatihan fungsi, komunikasi. (KEPMENKES 1363)



akraf_peduli

KEWAJIBAN FISIOTERAPI


1.Menghormati hak pasien.
2.Merujuk kembali kasus yang tdk dapat ditangani atau belum
   selesai ditangani, sesuai sistem rujukan yang berlaku.
3.Menyimpan rahasia sesuai peraturan perundang-undangan.
4.Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan.
5.Memberikan informasi dalam lingkup asuhan fisioterapi.
6.Melakuka pencatatan dengan baik.


akraf_peduli

KEWENANGAN FISIOTERAPI


Fisioterapis dalam melaksanakanpraktek Fisioterapis berwenang melakukan :

Assessment/pemeriksaan Fisioterapi.

Diagnosis Fisioterapi.

Perencanaan Fisioterapi.

Intervensi/PengobatanFisioterapi

Evaluasi/ Re-evaluasi.


FISIOTERAPI MANDIRI


    Fisioterapi adalah bentuk pelayanan yang dilakukan oleh , atau dibawah pengarahan dan superfisi oleh Fisioterapis termasuk Pemeriksaan, Penegakkan diagnosis, Perencanaan Fisioterapi, serta pengobatan dan evaluasi Fisioterapi.
  (KEPMENKES 1363 PASAL 12)

PEMERIKSAAN SPESIFIK REGIO ANKLE



Oleh : Muhammad Akraf

1.      Palpasi
            a.      Bone palpation
Malleolus medialis & lateralis.
Os Calcaneus, Talus, navicularis & Cuboideus .
b.      Joint palpation
Ankle joint.
Calcaneocubid joint, Talonavicular joint.
Tarsometatarsal joints.
Metatarso phalangeal joint.
Proximal – Distal interphalangeal joint

2.      Shift Antrior
Untuk mengetahui adanya ruftur atau hipermobile pada lig. talofibulare anterior. Posisi kaki fleksi 70o. salah satu tangan pemeriksa  memfiksasi bagian dorsal kaki kemudian tangan yang satunya menarik bagian distal dari os tibia dan fibula ke anterior.


3.      Clik Varus
Untuk mengetahui adanya ruftur pada lig. Calcaneo fibular. Caranya calcaneus secara cepat digerakkan kearah varus. Jika gerakan cepat atau ada bunyi berarti  positif.

4.      Thomson Test
Untuk mengetahui adanya kerobekan pada tendon Achilles. Posisi pasien, ankle berada diluar atau dipinggir bed, kemudian remas musclebelli gastrok. Akan ada gerakan planter fleksy. Jika tidak terjadi gerakan berarti +.
 

5.      Talartil  Test
Untuk mengetahui adanya ruftur atau hipermobile ligamen Talofibular anterior. Posisi pasien tidur miring kemudian pemeriksa memegang calcaneusnya dan jari telunjuk kemudian gerakkan kearah abduksi dan adduksi.

Jumat, 30 Maret 2012

ELECTRODIAGNOSTIC EXAMINATION FISIOTERAPI


Muhammad Akraf

A.      Pendahuluan :
  Terjadinya gangguan fungsi organ atau kerusakan jaringan tubuh sebaiknya dapat ditemukan adanya
  gejala baik subyektif maupun obyektif. Namun kenyataannya tidak semuanya dapat dideteksi secara
  mudah.
  Semua jaringan atau organ yang terganggu fungsinya akan mempengaruhi sistem regulasi segmental dan
 biasanya ditandai dengan peningkatan aktivitas fungsi faal yang tanpa provokasi sudah dapat terlihat,
 teraba dan terukur seperti (kalor, rubor, dolor, tumor dan functio laesa)
  Adapun peningkatan aktivitas nociceptor (hyperaktivitas) yang tanpa provokasi tidak akan dapat
 terlihat, teraba atau terukur dengan pemeriksaan sederhana.
  Hyperaktivitas pada segmental ditandai dengan adanya titik atau regio peka rangsang misalnya
 (hiperalgesi/tender points/trigger points/myofascial trigger point.
  Dengan bantuan arus frekuensi renda/menengah (Arus Diadinamis dan  interferensi) hyperaktivitas
 tersebut dapat terdeteksi.
B.      Tujuan Electrodiagnostic
}  Electrodiagnostic ditujukan pada susunan saraf somatis/spinal afferent yang berkaitan dengan afferent II, IIIa, IIIb, IV (A beta, A delta dan serabut C) .

C.      Modalitas yang digunakan :
}  Arus searah misalnya Arus Diadinamis.
}  Arus Bolak-balik frekuensi menengah atau Arus Interferensi.
}  Kombinasi Ultra sound dengan arus rendah atau menengah.

D.      APLIKASI ELECTRODIAGNOSTIC DENGAN MENGGUNAKAN ARUS INTERFERENSI
  Persiapan Pasien :
                1. Posisi pasien tengkurap.
2. Electro indiferen ditindih dengan perut, sementara    yang      lainnya di atas punggung    pasien.
                3. Wajah pasien menghadap pada fisioterapist
  Persiapan Alat :
                1. Alat yang digunakan Arus interferensi.
                2. Pengaturan dosis : AMF 100 Hz bipolar.
                3. Time : sangat tergantung dari lamanya pemeriksaan.
E. Kesimpulan :
1.  Electrodiagnostic digunakan untuk menegakkan diagnosis beberapa kondisi fisioterapi yang tidak dapat   dideteksi dengan pemeriksaan lain.
2. Electrodiagnostic dapat dilakukan dengan menggabungkan modalitas lain (seperti Us dan Arus Interferensi atau Diadynamis) serta dapat dilakukan secara tersendiri seperti (arus Interferensi).