Muhammad Akraf & Amalia Latief
Dosen Politeknik Kesehatan Makassar,
Jurusan Fisioterapi
Alamat Korenspondensi
Muhammad
Akraf
Kompleks Fisioterapi C/2
Jln. Paccerakkan (KM-14) Daya
Makassar, 90241
Telp. 081 355 332 780
Pendahuluan
Tennis
elbow merupakan salah satu kondisi terbanyak ditemukan disbanding dengan
kondisi lainnya yang terdapat pada daerah siku yang umumnya diderita antara
usia 35-55 tahun.
Tennis
elbow adalah satu istilah yang ditujukan pada pemain tennis yang mengalami rasa
sakit di daerah lateral elbow setelah bermain tennis. Sebenarnya tennis elbow
identik dengan epycondilitis lateralis yakni rasa nyeri tersebut timbul karena partial rupture atau micro rupture pada tenoperiosteal atau
tenomuscular yang dapat bersifat akut atau kronik dari otot ekstensor
carpiradialis brevis atau longusakibat traumaatau berbagai pekerjaan, kegiatan
yang melibatkan tangan atau pergelangan tangan secara berlebihan.
Diperkirakan
tennis elbow 5% dari seluruh penderita disandang pemain tennis, sedangkang 95%
lainnya diderita oleh berbagai profesi dan okupasi seperti ibu rumah tangga,
teknisi, montir, tukang emas dan lain-lain. (Dos Winkel, 1984 dalam Muhammad
Akraf, 2003).
Pada
tennis elbow terdapat empat tipe yang dibedakan atas letak kerusakannya. Tipe I
letak kerusaknnya pada origo otot ekstensor carpiradialis longus, tipe II pada
origo teno periosteal otot ekstensor carpiradialis brevis, tipe III pada tendon
otot ekstensor carpiradialis brevis dan tipe IV pada badan otot ekstensor
carpiradialis brevis.
Dari
keempat tipe tennis elbow tersebut maka tipe II merupakan terbanyak sekitar 90%
yang ditemukan di klinik. Timbulnya nyeri akibat tennis elbow tersebut akan
membatasi seseorang dalam melakukan gerakan-gerakan atau sewaktu beraktivitas.
Fisioterapi
merupakan salah satu profesi keahlian mempunyai berbagai sarana dan alat yang
disebut modalitas fisioterapi. Dari berbagai modalitas tersebut ultra sound
dapat digunakan dalam penurunan nyeri pada tennis elbow. Yang mana dalam penggunaan
ultra sound merupakan pengobatan dengan menggunakan mekanisme getaran dari
gelombang suara dengan frekuensi lebih dari 20 KHz, namun yang sering digunakan
dalam praktek fisioterapi adalah yang berfrekuensi antara 1 KHz dan 3 KHz.
Dalam
penatalaksanaan ultra sound digunakan cupling medium berupa gel, air dan
lain-lain sebagai sarana penghantar energi ultrasound ke jaringan. Namun
walaupun demikian ultrasound dapat juga dikombinasikan dengan menggunakan
obat-obatan yang dikenal dengan ultrasonophoresis.
Ultrasonophoresis
diartikan terapi medik dengan subtansi atau bahan, benda, zat yang dimasukkan
ke dalam tubuh dengan menggunakan energ ultrasound. Beberapa obat diabsorbsi
masuk ke kulit tetapi sangat lambat, akan tetapi dengan menggunakan getaran
ultrasound frekuensi tinggi dapat mempercepat absorbsi ke jaringan.
Telah
ditemukan bahwa substansi aktif dapat dimasukkan ke dalam tubuh melalui kulit
yang utuh dengan bantuan energi ultrasound. Gtiffin dan Touchstone
(1967) melakukan penelitian pada salep yang mengandung hydrocortisone. Dan
mereka menemukan adanya corticosteroid pada kedalaman 6 cm.
Gtiffin memberikan
ultrasonophoresis dengan hydrocortisone pada 66 pasien, 68% pasien menunjukkan
mobilitas normal tanpa rasa sakit sementara pada 36% pasien diberi ultrasound placebo menunjukkan
tidak ada kemajuan.
Moll
(1979) melakukan penelitian ultrasonophoresis dengan lidocaine atau decadron
menunjukkan kemajuan 88,1%, ultrasound placebo dengan intensital nol (o)
menunjukkan 23,7%.
Dari
penelitian tersebut menunjukkan bahwa ultrasonophoresis merupakan modalitas
yang penting bagi fisioterapi.
Ultrasounophoresis
dapat diandalkan pada gangguan dijaringan karena dapat mempercepat proses
gerakan partikel-partikel serta mendorong absorbsi obat.
Berdasarkan
hal tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “Pengaruh Ultrasonophoresis dengan
Menggunakan Diklofenak terhadap Penurunan Nyeri akiba Tennis Elbow Tipe II”.
Bahan
dan Metode
Lokasi,
populasi dan sampel penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan di RSUP. DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Alasan pemilihan
lokasi penelitian adalah dari hasil observasi ditemukan kondisi tennis elbow
tipe II yang banyak serta modalitas ultra sound yang memadai.
Populasi
adalah semua pasien tenis elbow tipe II yang datang berobat di Poli Fisioterapi
RSUP. DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Sedang sampel penelitian diambil dari populasi sebanyak 20 orang
dengan kriteri inkslusi adalah :
1. Sampel bersedia mengikuti aturan penelitian.
2. Sampel
mengalami nyeri akibat tennis elbow tipe II yang kronis.
Pengumpulan
data
Data yang dikumpulkan oleh
peneliti dari RSUP DR Wahidin Sudirohusodo Makassar dengan cara hasil pre test dan post test dengan menggunakan penilaian Visual Analoque Scala (VAS) setelah sampel
mendapatkan perlakuan berupa ultrasonophoresis
menggunakan diklofenak yang kemudian
dibandingkan hasil kedua penilaian tersebut.
Analisis
data
Teknik pengolahan data dilakukan
dengan menggunakan program SPSS 15 dengan Uji
Wilxocon dan disajikan dalam bentuk narasi dan table.
Hasil
Penelitian
Karakteristik
sampel
Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik
Fisioterapi RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo, dengan populasi adalah semua
penderita tennis elbow. Berdasarkan teknik pengambilan sampel secara purposive
yang sesuai dengan kriteria inklusif, maka diperoleh jumlah responden sebanyak
20 orang.
Semua
responden diberikan perlakuan yang sama yaitu pemberian ultrasonophoresis
dengan menggunakan diklofenak. Alat ukur yang digunakan sebagai evaluasi adalah
Visual Analogue Scale (VAS).
Responden
yang didapatkan dalam penelitian ini memiliki usia 30 – 63 tahun serta jenis
kelamin laki-laki dan perempuan.
Tabel
1.
Distribusi
Responden Berdasarkan Usia
Kelompok Usia
|
f
|
%
|
30 – 46 tahun
47 – 63 tahun
|
14
6
|
70
30
|
J u m l a h
|
20
|
100
|
Tabel
diatas menunjukkan bahwa lebih banyak responden yang berusia 30 – 46 tahun
yaitu 14 orang (70%) daripada responden yang berusia 47 – 63 tahun yaitu 6
orang (30%).
Tabel
2.
Distribusi
Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
|
f
|
%
|
Laki-Laki
Perempuan
|
7
13
|
35
65
|
J u m l a h
|
20
|
100
|
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa lebih
banyak responden perempuan yaitu 13 orang (65%) daripada responden laki-laki
yaitu 7 orang (35%)
Deskripsi
Variabel
Alat
ukur yang digunakan sebagai evaluasi dari intervensi yang dilakukan adalah
Visual Analogue Scale (VAS), sehingga data penelitian ini adalah nilai VAS pre
test dan post test. Adapun distribusi dari nilai VAS pre test dan post test
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.
Distribusi Nilai
Rerata dan Standar Deviasi nilai VAS
Pre test dan
Post test
Kondisi
|
Nilai Rerata
|
Standar
Deviasi
|
N
|
Pre test
|
6,545
|
0,596
|
20
|
Post test
|
4,160
|
1,0605
|
|
Selisih VAS
|
2,385
|
0,9805
|
Tabel
diatas menunjukkan nilai rerata dan standar deviasi VAS pada pre test dan post
test. Jika dilihat dari nilai rerata menunjukkan adanya penurunan nilai rerata
dari pre test yaitu 6,545 ke post test yaitu 4,160 dengan rerata selisih VAS
yaitu 2,385. Hal ini berarti bahwa pemberian Ultrasonophoresis dengan
menggunakan diklofenak dapat menghasilkan penurunan nyeri pada tennis elbow
tipe II, dengan rata-rata penurunan sebesar 2,385.
Analisis
Inferensial
Nilai
VAS pre test dan post test yang merupakan data penelitian ini akan dianalisis
dengan menggunakan Uji Wilcoxon. Adapun hasil Uji Wilcoxon dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
Tabel 4.
Hasil Uji
Wilcoxon
Kondisi
|
N
|
Mean
|
SD
|
Ranks
|
Z
|
P
|
||
- Ranks
|
+ Ranks
|
Ties
|
||||||
Pre
test
|
20
|
6,545
|
0,596
|
20
|
0
|
0
|
-3,921
|
0,000
|
Post
test
|
20
|
4,160
|
1,060
|
Tabel
diatas menunjukkan hasil Uji Wilcoxon yaitu nilai Ranks dan nilai Z.
Berdasarkan nilai Ranks menunjukkan angka 20 pada negatif ranks yang berarti
bahwa semua responden mengalami penurunan nyeri setelah diberikan perlakuan.
Kemudian berdasarkan nilai Z, diperoleh hasil yaitu 3,921 dengan nilai p 0,000
< 0,05 yang berarti bahwa ada perbedaan yang bermakna setelah diberikan
perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian Ultrasonophoresis dengan
menggunakan diklofenak dapat menghasilkan pengaruh yang bermakna terhadap
penurunan nyeri pada penderita tennis elbow tipe II.
Pembahasan
Responden
dalam penelitian ini adalah penderita tennis elbow tipe II yang berobat ke
Poliklinik Fisioterapi RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo. Hasil temuan dalam
penelitian ini menunjukkan bahwa lebih banyak penderita tennis elbow yang
berusia 30 – 46 tahun yaitu 14 orang (70%) daripada yang berusia 47 – 63 tahun
yaitu 6 orang (30%) (lihat tabel 1). Menurut Wilson JJ (2005), tennis elbow
secara khas terjadi pada usia 30 – 60 tahun dimana insiden puncak dari tennis
elbow terjadi pada usia antara 30 – 60 tahun. Sedangkan menurut Tracy Shuman
(2006), tennis elbow paling banyak menyerang pada usia 30 – 50 tahun. Kemudian
hasil penelitian juga menunjukkan bahwa lebih banyak penderita tennis elbow
adalah perempuan yaitu 13 orang (65%) daripada laki-laki yang hanya 7 orang
(35%) (tabel 2). Menurut Wilson JJ (2005), tidak ada perbedaan insiden yang
nampak antara laki-laki dan perempuan berkaitan dengan kondisi tennis elbow,
tetapi lebih banyak berhubungan dengan aktivitas pekerjaan yang dominan
melibatkan lengan dan tangan. Sedangkan menurut Tracy Shuman (2006), tennis
elbow lebih banyak menyerang pada laki-laki daripada wanita dan umumnya
menyerang pada pemain tennis, tetapi tennis elbow dapat menyerang pada
orang-orang yang aktivitas pekerjaan memerlukan gerakan repetitif pada lengan,
elbow dan wrist. Sebagai contoh, cleaning service saat menggunakan vacuum
cleaner, mekanikal kendaraan bermotor, petani kebun, melukis dengan menggunakan
roller, dan lain-lain. Hal ini juga lebih banyak dialami oleh responden
perempuan yang aktivitas pekerjaannya banyak melibatkan gerakan repetitif pada
wrist dan lengan bawah.
Tennis
elbow disebabkan oleh adanya overuse otot dan tendon ekstensor lengan bawah dan
wrist. Adanya tipe aktivitas yang repetitif dapat menyebabkan strain pada
tendon ekstensor lengan bawah dan wrist sehingga menimbulkan akut injury pada
tendon tersebut. Hal ini akan menimbulkan respon inflamasi dari tubuh dan
timbul nyeri hebat. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa nilai VAS pre
test yang diperoleh oleh responden rata-rata memiliki nilai 6,545 (tabel 3).
Kemudian, setelah diberikan Ultrasonophoresis dengan menggunakan diklofenak
dapat menghasilkan penurunan nyeri yang bermakna dengan rata-rata penurunan
nyeri sebesar 2,385. Ultrasonophoresis dapat diartikan sebagai terapi medik
dengan menggunakan substansi atau bahan yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui
penggunaan energi atau pengaruh ultrasound. Ultrasound dapat menggunakan
coupling medium berupa gel dan/atau air sebagai sarana penghantar energi
ultrasound ke jaringan. Gel berupa diklofenak mengandung unsur/zat anti nyeri
sehingga melalui penggunaan gelombang ultrasound dapat memasukkan gel tersebut
ke area nyeri. Hal ini akan lebih baik karena diklofenak tersebut langsung
menuju ke area nyeri melalui bantuan gelombang ultrasound sehingga kandungan
diklofenak langsung menghambat biosintesa prostaglandin. Telah diketahui bahwa
prostaglanding, histamin, bradikinin merupakan zat-zat iritan (zat-zat algogen)
yang aktif saat terjadi reaksi inflamasi sehingga timbul nyeri. Kandungan
diklofenak pada area nyeri di epicondylus lateral humeri dapat menghambat
biosintesa prostaglandin sehingga dapat meredam atau menurunkan nyeri.
Penurunan nyeri dapat dicapai dengan menghilangkan faktor iritan yang
terproduksi saat reaksi inflamasi. Seperti yang dijelaskan oleh Sri Mardiman
(2001), modulasi nyeri dapat diperoleh melalui beberapa mekanisme yaitu
adaptasi atau blokade nosiseptor, penurunan daya hantar atau konduktivitas
serabut afferent yang bermyelin tipis atau tidak bermyelin, mekanisme gate
control, dan sistem endogenous opiate. Pemberian Ultrasonophoresis dengan
menggunakan diklofenak dapat menurunkan nyeri melalui mekanisme adaptasi atau
blokade nosiseptor yaitu menghambat atau menghilangkat faktor iritan (zat-zat
algogen) yang aktif pada saat nyeri. Hal ini terbukti dari hasil penelitian ini
yang menunjukkan bahwa pemberian Ultrasonophoresis dengan menggunakan
diklofenak dapat menurunkan nyeri secara bermakna pada penderita tennis elbow
tipe II, dengan rata-rata penurunan nyeri sebesar 2,385 (tabel 4). Hasil uji
analisis pada tabel 5 juga menunjukkan bahwa pemberian Ultrasonophoresis dengan
menggunakan diklofenak dapat memberikan pengaruh yang bermakna terhadap
penurunan nyeri pada penderita tennis elbow tipe II.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar