Kamis, 29 Maret 2012

PENERAPAN ULTRASONOPHORESIS PADA TENNIS ELBOW TIPE II (Epycondylitis)


Muhammad Akraf

Tennis elbow merupakan salah satu kondisi terbanyak ditemukan disbanding dengan kondisi lainnya yang terdapat pada daerah siku yang umumnya diderita antara usia 35-55 tahun.
Tennis elbow adalah satu istilah yang ditujukan pada pemain tennis yang mengalami rasa sakit di daerah lateral elbow setelah bermain tennis. Sebenarnya tennis elbow identik dengan epycondilitis lateralis yakni rasa nyeri tersebut timbul karena partial rupture atau micro rupture pada tenoperiosteal atau tenomuscular yang dapat bersifat akut atau kronik dari otot ekstensor carpiradialis brevis atau longusakibat traumaatau berbagai pekerjaan, kegiatan yang melibatkan tangan atau pergelangan tangan secara berlebihan.
Diperkirakan tennis elbow 5% dari seluruh penderita disandang pemain tennis, sedangkang 95% lainnya diderita oleh berbagai profesi dan okupasi seperti ibu rumah tangga, teknisi, montir, tukang emas dan lain-lain. (Dos Winkel, 1984 dalam Muhammad Akraf, 2003).
Tennis elbow adalah suatu keadaan dimana otot ekstensor pergelangan tangan mengalami kerobekan atau rupture dibagian myofascial atau origo dan insersio sehingga bangkit reaksi jaringan yang mengakibatkan terasa nyeri pada epycondilus lateralis humeri terutama saat lengan bawah bergerak kearah ekstensi wrist dan supinasi (Rene Calliet, 1983 dalam Muhammad  Akraf 2003).
Pada tennis elbow terdapat empat tipe yang dibedakan atas letak kerusakannya. Tipe I letak kerusaknnya pada origo otot ekstensor carpiradialis longus, tipe II pada origo teno periosteal otot ekstensor carpiradialis brevis, tipe III pada tendon otot ekstensor carpiradialis brevis dan tipe IV pada badan otot ekstensor carpiradialis brevis.
Dari keempat tipe tennis elbow tersebut maka tipe II merupakan terbanyak sekitar 90% yang ditemukan di klinik. Timbulnya nyeri akibat tennis elbow tersebut akan membatasi seseorang dalam melakukan gerakan-gerakan atau sewaktu beraktivitas.
Faktor penyebab tennis elbow bermacam-macam, yang diantaranya adalah adanya pembebanan yang tiba-tiba serta terlalu berat pada otot dan tendon ekstensor. Predisposisi adanya system sirkulasi otot dan sendi pada saat itu atau otot belum siap dan adanya kondisi umum yang menurun serta kondisi secara lokal lemah atau kecapaian, latihan yang tidak kontinyu serta tidak teratur dan tidak cukup.
Pada tennis elbow tepatnya pada aponeurosis dari otot-otot ekstensor timbul microruptur, yang dalam proses penyembuhannya meninggalkan bekas-bekas luka pada jaringan yang dapat sobek sebagai akibat trauma yang timbul kembali.
Adapun gejala-gejala yang dapat timbul pada tennis elbow adalah pada kondisi akut akan terjadi nyeri yang sangat pada otot dan tendon sehingga timbul gangguan fungsi pada siku dan ada bengkak pada area cedera. Pada keadaan yang disebabkan penguluran yang berlebihan dari tendon tetapi tidak ada ruptur dengan tahanan secara isometrik akan terasa nyeri tetapi tidak ada penurunan kekuatan otot. Sedangkan pada farcial rupture menghasilkan tahanan isometrik  sangat nyeri.
  Pada gerakan-gerakan tertentu akan muncul nyeri kejut menyebabkan barang yang dipegang jatuh dari tangan.
          Adapun perubahan yang dapat terjadi adalah :
a)    Akibat gerak
Akibat pola gerak dapat dibedakan menjadi over used dimana penggunaan otot-otot ekstensor tangan dipergelangan tangan harus berkontraksi dalam jangka waktu yang lama sehingga menimbulkan ischemic pada jaringan tersebut.
Bila m. ekstensor carpi radialis dalam keadaan memanjang istirahat maka otot tersebut akan berkontraksi maksimal, dan bila otot tersebut diregangkan melebihi panjang normal sebelum kontraksi terbentuk tegangan istirahat dalam jumlah besar di dalam otot bahkan sebelum kontraksi terjadi. Tegangan ini terjadi akibat kekuatan elastis jaringan ikat, sarkolema, pembuluh-pembulih darah, saraf dan sebagainya. Tapi peningkatan tegangan selama kontraksi yang disebut tegangan aktif akan menurun bila otot tersebut direngkan melebihi panjang normalnya.  
Begitupula dengan overstretch dimana otot-otot ekstensor pergelangan tangan terulur iluar kemampuan otot ekstensor dalam melakukan gerakan. Kedua hal tersebut dapat menyebabkan kerobekan dibagian myofascial atau origo sehingga menimbulkan reaksi inflamasi jaringan yang menyebabkan terasa nyeri.
Pada jaringan otot ekstensor yang mengalami kerobekan akan menimbulkan suatu aktivitas dari nocisensorik polymodale yang mengisyaratkan adanya suatu kerusakan jaringan. Ujung-ujung saraf pada daerah tersebut mengeluarkan tachykinine yang mengakibatkan sensibilitasi dari neuron-neuron PHC, sementara itu timbul vasodilatasi pembuluh darah.
b)      Inflamasi
            Inflamasi atau peradangan dapat dikatakan sebagai suatu reaksi setempat dari jaringan hidup terhadap trauma atau rangsangan yang hasilnya merupakan pengiriman cairan, zat-zat yang terlarut dan sel-sel dari darah yang bersirkulasi ke dalam jaringan-jaringan interstisial pada daerah cedera atau necrosis.
            Inflamasi merupakan proses penyembuhan jaringan yang mengalami kerusakan. Peradangan ini dinamakan peradangan neurogenic karena peradangan ini akibat usaha dari jaringan atau susunan jaringan saraf.
            Adanya peradangan tersebut akan menimbulkan iritasi kimiawi, perlengketan antara jaringan. Sistem metabolisme terganggu, gangguan keseimbangan asam basah tendon, spasme otot dan timbul rasa nyeri.
            Kerusakan pada tendon membutuhkan waktu yang lama untuk reparasinya dibandingkan otot karena kurangnya pembuluh darah pada daerah tersebut. Saat tennis elbow menjadi kronis berkembang menjadi osteofit atau penulangan pada periosteum hasil dari inflamasi. Timbulnya inflamasi akan menyebabkan nyeri pada sekitar epicondilus lateralis region siku pada kondisi tenis elbow tipe II.

Fisioterapi merupakan salah satu profesi keahlian mempunyai berbagai sarana dan alat yang disebut modalitas fisioterapi. Dari berbagai modalitas tersebut ultra sound dapat digunakan dalam penurunan nyeri pada tennis elbow. Yang mana dalam penggunaan ultra sound merupakan pengobatan dengan menggunakan mekanisme getaran dari gelombang suara dengan frekuensi lebih dari 20 KHz, namun yang sering digunakan dalam praktek fisioterapi adalah yang berfrekuensi antara 1 KHz dan 3 KHz.
Dalam penatalaksanaan ultra sound digunakan cupling medium berupa gel, air dan lain-lain sebagai sarana penghantar energi ultrasound ke jaringan. Namun walaupun demikian ultrasound dapat juga dikombinasikan dengan menggunakan obat-obatan yang dikenal dengan ultrasonophoresis.
Ultrasonophoresis diartikan terapi medik dengan subtansi atau bahan, benda, zat yang dimasukkan ke dalam tubuh dengan menggunakan energ ultrasound. Beberapa obat diabsorbsi masuk ke kulit tetapi sangat lambat, akan tetapi dengan menggunakan getaran ultrasound frekuensi tinggi dapat mempercepat absorbsi ke jaringan.
Telah ditemukan bahwa substansi aktif dapat dimasukkan ke dalam tubuh melalui kulit yang utuh dengan bantuan energi ultrasound. Gtiffin dan Touchstone (1967) melakukan penelitian pada salep yang mengandung hydrocortisone. Dan mereka menemukan adanya corticosteroid pada kedalaman 6 cm.
Gtiffin memberikan ultrasonophoresis dengan hydrocortisone pada 66 pasien, 68% pasien menunjukkan mobilitas normal tanpa rasa sakit sementara pada 36%  pasien diberi ultrasound placebo menunjukkan tidak ada kemajuan.
Moll (1979) melakukan penelitian ultrasonophoresis dengan lidocaine atau decadron menunjukkan kemajuan 88,1%, ultrasound placebo dengan intensital nol (o) menunjukkan 23,7%.
Dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa ultrasonophoresis merupakan modalitas yang penting bagi fisioterapi.
Ultrasounophoresis dapat diandalkan pada gangguan dijaringan karena dapat mempercepat proses gerakan partikel-partikel serta mendorong absorbsi obat ke dalam jaringan yang bermasalah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar