Muhammad Akraf
Tennis
elbow merupakan salah satu kondisi terbanyak ditemukan disbanding dengan
kondisi lainnya yang terdapat pada daerah siku yang umumnya diderita antara usia
35-55 tahun.
Tennis
elbow adalah satu istilah yang ditujukan pada pemain tennis yang mengalami rasa
sakit di daerah lateral elbow setelah bermain tennis. Sebenarnya tennis elbow
identik dengan epycondilitis lateralis yakni rasa nyeri tersebut timbul karena partial rupture atau micro rupture pada tenoperiosteal atau
tenomuscular yang dapat bersifat akut atau kronik dari otot ekstensor
carpiradialis brevis atau longusakibat traumaatau berbagai pekerjaan, kegiatan
yang melibatkan tangan atau pergelangan tangan secara berlebihan.
Diperkirakan
tennis elbow 5% dari seluruh penderita disandang pemain tennis, sedangkang 95%
lainnya diderita oleh berbagai profesi dan okupasi seperti ibu rumah tangga,
teknisi, montir, tukang emas dan lain-lain. (Dos Winkel, 1984 dalam Muhammad
Akraf, 2003).
Tennis elbow adalah
suatu keadaan dimana otot ekstensor pergelangan tangan mengalami kerobekan atau
rupture dibagian myofascial atau origo dan insersio sehingga bangkit reaksi
jaringan yang mengakibatkan terasa nyeri pada epycondilus lateralis humeri
terutama saat lengan bawah bergerak kearah ekstensi wrist dan supinasi (Rene
Calliet, 1983 dalam Muhammad Akraf 2003).
Pada
tennis elbow terdapat empat tipe yang dibedakan atas letak kerusakannya. Tipe I
letak kerusaknnya pada origo otot ekstensor carpiradialis longus, tipe II pada
origo teno periosteal otot ekstensor carpiradialis brevis, tipe III pada tendon
otot ekstensor carpiradialis brevis dan tipe IV pada badan otot ekstensor
carpiradialis brevis.
Dari
keempat tipe tennis elbow tersebut maka tipe II merupakan terbanyak sekitar 90%
yang ditemukan di klinik. Timbulnya nyeri akibat tennis elbow tersebut akan
membatasi seseorang dalam melakukan gerakan-gerakan atau sewaktu beraktivitas.
Faktor penyebab
tennis elbow bermacam-macam, yang diantaranya adalah adanya pembebanan yang
tiba-tiba serta terlalu berat pada otot dan tendon ekstensor. Predisposisi
adanya system sirkulasi otot dan sendi pada saat itu atau otot belum siap dan
adanya kondisi umum yang menurun serta kondisi secara lokal lemah atau
kecapaian, latihan yang tidak kontinyu serta tidak teratur dan tidak cukup.
Pada tennis
elbow tepatnya pada aponeurosis dari otot-otot ekstensor timbul microruptur,
yang dalam proses penyembuhannya meninggalkan bekas-bekas luka pada jaringan
yang dapat sobek sebagai akibat trauma yang timbul kembali.
Adapun
gejala-gejala yang dapat timbul pada tennis elbow adalah pada kondisi akut akan
terjadi nyeri yang sangat pada otot dan tendon sehingga timbul gangguan fungsi
pada siku dan ada bengkak pada area cedera. Pada keadaan yang disebabkan
penguluran yang berlebihan dari tendon tetapi tidak ada ruptur dengan tahanan
secara isometrik akan terasa nyeri tetapi tidak ada penurunan kekuatan otot.
Sedangkan pada farcial rupture
menghasilkan tahanan isometrik sangat
nyeri.
Pada gerakan-gerakan tertentu akan muncul
nyeri kejut menyebabkan barang yang dipegang jatuh dari tangan.
Adapun perubahan yang
dapat terjadi adalah :
a) Akibat gerak
Akibat pola gerak dapat dibedakan
menjadi over used dimana penggunaan
otot-otot ekstensor tangan dipergelangan tangan harus berkontraksi dalam jangka
waktu yang lama sehingga menimbulkan ischemic pada jaringan tersebut.
Bila m. ekstensor carpi radialis dalam
keadaan memanjang istirahat maka otot tersebut akan berkontraksi maksimal, dan
bila otot tersebut diregangkan melebihi panjang normal sebelum kontraksi
terbentuk tegangan istirahat dalam jumlah besar di dalam otot bahkan sebelum
kontraksi terjadi. Tegangan ini terjadi akibat kekuatan elastis jaringan ikat,
sarkolema, pembuluh-pembulih darah, saraf dan sebagainya. Tapi peningkatan
tegangan selama kontraksi yang disebut tegangan aktif akan menurun bila otot
tersebut direngkan melebihi panjang normalnya.
Begitupula dengan overstretch dimana otot-otot ekstensor pergelangan tangan terulur
iluar kemampuan otot ekstensor dalam melakukan gerakan. Kedua hal tersebut
dapat menyebabkan kerobekan dibagian myofascial atau origo sehingga menimbulkan
reaksi inflamasi jaringan yang menyebabkan terasa nyeri.
Pada jaringan otot ekstensor yang
mengalami kerobekan akan menimbulkan suatu aktivitas dari nocisensorik
polymodale yang mengisyaratkan adanya suatu kerusakan jaringan. Ujung-ujung
saraf pada daerah tersebut mengeluarkan tachykinine yang mengakibatkan
sensibilitasi dari neuron-neuron PHC, sementara itu timbul vasodilatasi
pembuluh darah.
b) Inflamasi
Inflamasi
atau peradangan dapat dikatakan sebagai suatu reaksi setempat dari jaringan
hidup terhadap trauma atau rangsangan yang hasilnya merupakan pengiriman
cairan, zat-zat yang terlarut dan sel-sel dari darah yang bersirkulasi ke dalam
jaringan-jaringan interstisial pada daerah cedera atau necrosis.
Inflamasi
merupakan proses penyembuhan jaringan yang mengalami kerusakan. Peradangan ini
dinamakan peradangan neurogenic karena peradangan ini akibat usaha dari
jaringan atau susunan jaringan saraf.
Adanya
peradangan tersebut akan menimbulkan iritasi kimiawi, perlengketan antara
jaringan. Sistem metabolisme terganggu, gangguan keseimbangan asam basah
tendon, spasme otot dan timbul rasa nyeri.
Kerusakan
pada tendon membutuhkan waktu yang lama untuk reparasinya dibandingkan otot
karena kurangnya pembuluh darah pada daerah tersebut. Saat tennis elbow menjadi
kronis berkembang menjadi osteofit atau penulangan pada periosteum hasil dari
inflamasi. Timbulnya inflamasi akan menyebabkan nyeri pada sekitar epicondilus
lateralis region siku pada kondisi tenis elbow tipe II.
Fisioterapi
merupakan salah satu profesi keahlian mempunyai berbagai sarana dan alat yang
disebut modalitas fisioterapi. Dari berbagai modalitas tersebut ultra sound
dapat digunakan dalam penurunan nyeri pada tennis elbow. Yang mana dalam
penggunaan ultra sound merupakan pengobatan dengan menggunakan mekanisme
getaran dari gelombang suara dengan frekuensi lebih dari 20 KHz, namun yang
sering digunakan dalam praktek fisioterapi adalah yang berfrekuensi antara 1
KHz dan 3 KHz.
Dalam
penatalaksanaan ultra sound digunakan cupling medium berupa gel, air dan
lain-lain sebagai sarana penghantar energi ultrasound ke jaringan. Namun
walaupun demikian ultrasound dapat juga dikombinasikan dengan menggunakan
obat-obatan yang dikenal dengan ultrasonophoresis.
Ultrasonophoresis
diartikan terapi medik dengan subtansi atau bahan, benda, zat yang dimasukkan
ke dalam tubuh dengan menggunakan energ ultrasound. Beberapa obat diabsorbsi
masuk ke kulit tetapi sangat lambat, akan tetapi dengan menggunakan getaran
ultrasound frekuensi tinggi dapat mempercepat absorbsi ke jaringan.
Telah
ditemukan bahwa substansi aktif dapat dimasukkan ke dalam tubuh melalui kulit
yang utuh dengan bantuan energi ultrasound. Gtiffin dan Touchstone
(1967) melakukan penelitian pada salep yang mengandung hydrocortisone. Dan
mereka menemukan adanya corticosteroid pada kedalaman 6 cm.
Gtiffin memberikan
ultrasonophoresis dengan hydrocortisone pada 66 pasien, 68% pasien menunjukkan
mobilitas normal tanpa rasa sakit sementara pada 36% pasien diberi ultrasound placebo menunjukkan
tidak ada kemajuan.
Moll
(1979) melakukan penelitian ultrasonophoresis dengan lidocaine atau decadron
menunjukkan kemajuan 88,1%, ultrasound placebo dengan intensital nol (o)
menunjukkan 23,7%.
Dari
penelitian tersebut menunjukkan bahwa ultrasonophoresis merupakan modalitas
yang penting bagi fisioterapi.
Ultrasounophoresis
dapat diandalkan pada gangguan dijaringan karena dapat mempercepat proses
gerakan partikel-partikel serta mendorong absorbsi obat ke dalam jaringan yang bermasalah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar